Menyampaikan Kisah Salman Al-Farisi Kepada Anak
Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
Menyampaikan Kisah Salman Al-Farisi Kepada Anak merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Mencetak Generasi Rabbani. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 03 Jumadal Awwal 1443 H / 7 Desember 2021 M.
Kajian Islam Ilmiah Tentang Kisah Salman Al-Farisi
Kisah Salman Al-Farisi adalah kisah sangat inspiratif yang perlu kita sampaikan kepada anak-anak, terutama di dalam kegigihan dan ketegaran dalam mencari kebenaran.
Salman Al-Farisi bercerita tentang perjalanan mencari hidayah. Pada awalnya kita sampaikan bahwa Salman Al-Farisi adalah seorang bangsawan. Dia adalah seorang berkebangsaan Persia dan berasal dari keluarga terpandang.
Ayahnya adalah seorang ketua di kampungnya. Dia juga merupakan anak yang disayang oleh kedua orang tua. Bahkan boleh dikatakan orang tuanya sangat melindungi dan menjaga Salman Al-Farisi. Sampai dia berkata: “Saya layaknya seorang gadis yang dipingit.” Tugasnya hanyalah menjadi pelayan api ataupun sesuatu yang disembah oleh kaumnya.
Pada suatu ketika, ayahnya sedang sibuk mengurus bangunan dan ia minta tolong kepada Salman untuk mengurus kebun. Ini adalah awal mula Salman tertarik kepada sesuatu yang dia lihat di luar.
Di tengah perjalanan, dia melewati kaum Nasrani sedang beribadah di dalam rumah ibadah. Salman kagum terhadap ibadah kaum ini. Maka ia pun melihat dan menanyakan perihal mereka.
Hatinya berbisik pada saat itu: “Sungguh agama ini lebih baik daripada agama yang aku anut.” Tentunya agama-agama Samawi itu lebih dekat nasabnya kepada Islam daripada agama non Samawi seperti Majusi yang dianut oleh bangsa Persia.
Ia pun penasaran terhadap agama ini. Maka selama berada di tempat ibadah itu dia bertanya: “Dari manakah asal agama ini?” Mereka menjawab: “Dari negeri Syam.”
Setelah puas melihat ritual ibadah mereka, Salman pulang. Ternyata ayahnya sudah mengutus seseorang untuk mencarinya. Ayahnya bertanya: “Dari mana kamu? Bukankah tadi aku menyuruhmu untuk mengurus kebun?”
Salman dengan kepolosannya bercerita: “Ayah, aku bertemu sejumlah orang yang sedang beribadah di sebuah tempat ibadah. Aku kagum melihat ritual agama mereka. Aku duduk bersama mereka hingga matahari terbenam.”
Ayah Salman berkomentar: “Hai anakku, tidak ada kebaikan pada agama itu. Agamamu dan agama nenek moyangmu lebih baik.” Maka Salman berkata: “Sekali-kali tidak, menurutku agama itu lebih baik daripada agama kita.”
Sejak saat itulah ayahnya khawatir hingga memborgol kaki Salman dan mengurungnya di dalam rumah. Hal ini agar tidak bisa datang lagi kepada kaum tersebut.
Namun Salman tidak diam begitu saja, penasarannya mengalahkan rasa takut kepada ayahnya.
Salman melanjutkan ceritanya: “Maka aku pun mengutus seseorang kepada orang-orang Nasrani itu untuk menyampaikan pesanku: ‘Jika ada kafilah dagang dari negeri Syam datang, maka beritahukanlah kepadaku.`”
Ada rencana dalam benak Salman untuk pergi ke negeri Syam dan ikut bersama rombongan kafilah dagang itu. Demikian rasa penasaran seorang anak muda.
Ini adalah sisi psikologis yang perlu kita perhatikan pada anak muda yang penuh dengan tanda tanya. Dia masih mencari banyak jawaban dalam hidupnya. Maka para orang tua jangan mementahkan dan mematahkan rasa penasaran seorang anak. Hendaknya para orang tua menanggapinya. Dan justru normalnya anak adalah bertanya dan bertanya. Maka jangan diabaikan atau bahkan melarang.
Sikap orang tua yang sangat protektif terhadap dirinya tidak memupus rasa penasaran dan tanda tanya yang ada dalam hatinya. Karena ia terus akan mencari jawabannya. Sampai-sampai seorang anak akan nekat untuk melakukan satu hal diluar dugaan ataupun perhitungan orang tua.
Ini yang terjadi pada Salman, dia sudah berencana untuk lari pergi ke negeri Syam untuk mencari jawaban atas tanda tanya yang ada dalam hatinya.
Bagaimana kisah lengkapnya hingga akhirnya Salman Al-Farisi menemukan Islam? Mari download dan simak kajian yang penuh manfaat ini.
Download mp3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51152-menyampaikan-kisah-salman-al-farisi-kepada-anak/